Menteri Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Teuku Riefky Harsya, baru-baru ini menghadiri peluncuran Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025. Acara tahunan yang diinisiasi Kedutaan Besar Australia di Indonesia sejak 2016 ini kembali hadir untuk menyajikan film-film terbaik Australia kepada penonton Indonesia. FSAI 2025 diharapkan dapat memperkuat kerja sama ekonomi kreatif antara kedua negara.
FSAI 2025 bukan sekadar ajang pemutaran film. Acara ini juga diyakini sebagai katalis untuk meningkatkan kolaborasi ekonomi kreatif Indonesia-Australia, sekaligus mempromosikan kekayaan budaya dan kreativitas kedua negara.
Prioritas Ekonomi Kreatif: Peran Film dalam Perekonomian Nasional
Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya subsektor perfilman sebagai penggerak ekonomi kreatif nasional. Film bukan hanya hiburan semata, tetapi juga membuka peluang kerja bagi generasi muda di balik layar. Industri perfilman Indonesia yang tengah berkembang pesat pun menjadi alasan kuat FSAI 2025 tetap relevan.
FSAI 2025 dijadwalkan berlangsung di 10 kota di Indonesia. Kota-kota tersebut meliputi Jakarta, Mataram, Bandung, Surabaya, Manado, Makassar, Padang, Denpasar, Yogyakarta, dan Semarang, dan akan berlangsung dari 15 Mei hingga 14 Juni 2025. Acara ini dirayakan sebagai peringatan 10 tahun penyelenggaraan FSAI.
Deputi Bidang Kreativitas Media, Agustini Rahayu, turut mendampingi Menparekraf dalam acara peluncuran. Keduanya sepakat bahwa FSAI merupakan upaya penting untuk mempromosikan subsektor film sebagai prioritas utama ekonomi kreatif.
Pertukaran Sineas Indonesia-Australia: Kolaborasi yang Menjanjikan
FSAI 2025 membuka peluang kolaborasi luas antara industri perfilman Indonesia dan Australia. Kerja sama ini dapat terwujud melalui koproduksi film, pertukaran sineas, dan distribusi film di kedua negara. Hal ini akan saling menguntungkan bagi kedua negara.
Mahasiswa film, sineas baru, dan masyarakat umum memiliki kesempatan belajar dari para pembuat film dan akademisi Australia. FSAI 2025 menyediakan sesi *masterclass* yang dibawakan oleh pembuat film, akademisi, dan alumni Australia. Ini merupakan peluang emas bagi pengembangan industri perfilman di Indonesia.
FSAI 2025: Contoh Sukses Kerja Sama Ekonomi Kreatif Bilateral
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, optimistis FSAI 2025 akan memperkuat kerja sama perfilman antara kedua negara. Kerja sama ini tidak hanya fokus pada produksi film, tetapi juga meningkatkan reputasi dan pengaruh Indonesia dan Australia di kancah internasional.
Industri perfilman Indonesia dan Australia diharapkan dapat menjadi contoh bagi sektor ekonomi kreatif lainnya. Kerja sama yang erat akan memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara. FSAI 2025 diharapkan dapat menginspirasi kerja sama serupa di bidang ekonomi kreatif lainnya.
Sebagai penutup, FSAI 2025 merupakan bukti nyata komitmen Indonesia dan Australia dalam memajukan ekonomi kreatif sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan FSAI selama satu dekade terakhir menjadi dasar optimisme untuk kolaborasi yang lebih besar di masa depan, khususnya di bidang perfilman. Semoga kerja sama ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi kedua negara.