Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% pada 20-21 Mei 2025. Keputusan ini disambut positif oleh pelaku pasar dan menandai dimulainya siklus pelonggaran moneter setelah periode pengetatan. Langkah ini menunjukkan kepercayaan BI terhadap prospek inflasi yang terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Penurunan BI Rate dipandang sebagai langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global. Para pengamat menilai kebijakan ini sebagai sinyal kestabilan makroekonomi Indonesia.
Saham Bank dan Properti Berpotensi Menguat
Sektor perbankan akan merasakan manfaat terbesar dari penurunan BI Rate. Biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah meningkatkan margin bunga bersih (NIM) bank, terutama bank yang fokus pada kredit mikro dan perumahan.
Hal ini akan mendorong peningkatan permintaan kredit karena suku bunga pinjaman menjadi lebih kompetitif. Kredit mikro dan KPR diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan.
Rekomendasi Saham Bank
Hendra Wardhana, Founder Stocknow.id, merekomendasikan saham BBRI dan BBTN sebagai emiten bank yang berpotensi mencetak pertumbuhan laba tinggi.
BBRI, dengan eksposur kuat pada sektor UMKM, direkomendasikan BUY dengan target harga 4.530. BBTN, fokus pada pembiayaan perumahan, juga direkomendasikan BUY dengan target 1.400 karena diuntungkan oleh peningkatan penyaluran KPR.
Sektor Properti Diramal Bangkit
Sektor properti juga akan merasakan dampak positif dari penurunan suku bunga. Penurunan bunga KPR membuat biaya pembiayaan rumah lebih murah, mendorong peningkatan permintaan, khususnya di kawasan strategis.
Saham properti dinilai memiliki potensi apresiasi tinggi dalam beberapa bulan ke depan. Permintaan hunian diperkirakan akan meningkat signifikan.
Rekomendasi Saham Properti
SMRA dan ASRI menjadi dua saham unggulan di sektor properti. Keduanya memiliki portofolio township di lokasi berkembang dan sangat sensitif terhadap pelonggaran moneter.
SMRA direkomendasikan BUY dengan target harga 515, dan ASRI dengan target 189. Hal ini mencerminkan optimisme pasar terhadap pemulihan permintaan properti.
Arus Modal Asing Mengalir ke Pasar Saham Indonesia
Penurunan BI Rate juga menarik minat investor asing. Suku bunga riil Indonesia yang tetap positif di kisaran 3% dan komitmen BI menjaga stabilitas rupiah meningkatkan daya tarik pasar saham Indonesia.
Aksi beli bersih investor asing signifikan pada hari pengumuman kebijakan mencapai Rp993 miliar. Hal ini menunjukkan sentimen positif terhadap ekonomi Indonesia ke depan.
Tren IHSG Menuju Positif
Secara teknikal, IHSG menembus MA200 di level 7.140. Target jangka menengah IHSG berada di 7.324, dengan potensi penguatan hingga 7.530.
Meskipun demikian, koreksi sehat di kisaran 7.050–7.100 tetap memungkinkan. Investor perlu mempertimbangkan faktor ini dalam strategi investasi mereka.
Kesimpulannya, penurunan BI Rate oleh Bank Indonesia memberikan dampak positif yang signifikan terhadap berbagai sektor, khususnya perbankan dan properti. Hal ini terlihat dari meningkatnya optimisme pasar dan aliran modal asing yang signifikan. Namun, investor tetap perlu melakukan analisis yang mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Perlu diingat bahwa setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab individu.