Rahasia Sukses Maudy Ayunda: 5 Pelajaran Stoikisme Dahsyat

Rahasia Sukses Maudy Ayunda: 5 Pelajaran Stoikisme Dahsyat
Sumber: Poskota.co.id

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan menuntut produktivitas tinggi, kecemasan dan tekanan psikologis menjadi hal yang umum. Banyak individu merasa terbebani oleh ekspektasi yang tak henti-hentinya. Dalam konteks ini, Stoikisme, sebuah filsafat kuno dari Yunani, kembali mendapatkan tempatnya sebagai panduan hidup yang relevan.

Di Indonesia, Stoikisme atau yang lebih dikenal sebagai Filosofi Teras, dipopulerkan oleh buku karya Henry Manampiring. Kini, ajarannya semakin mudah diakses melalui berbagai platform digital, termasuk podcast Maudy Ayunda yang bertajuk “Filosofi Teras: Bersahabat dengan Konflik”.

Kritik Terhadap “Positive Thinking” yang Berlebihan

Podcast Maudy Ayunda secara mendalam membahas penerapan Stoikisme dalam menghadapi konflik dan tantangan emosional. Salah satu poin penting yang diangkat adalah kritik terhadap pendekatan “positive thinking” yang selama ini kerap dianggap sebagai solusi universal.

Maudy menekankan bahwa selalu berpikir positif secara berlebihan justru bisa kontraproduktif. Ketika menghadapi kegagalan, mempertahankan sikap positif secara paksa dapat memicu rasa bersalah yang dalam.

Alih-alih menghindari emosi negatif, Stoikisme mengajarkan penerimaan atas berbagai emosi manusia. Ini bukan berarti anjuran untuk bersikap pesimis, melainkan keseimbangan antara harapan dan realisme.

Mental Contrasting: Menyeimbangkan Harapan dan Realitas

Podcast tersebut juga memperkenalkan konsep “mental contrasting”, sebuah teknik dari riset psikologi motivasi yang dikembangkan Gabriele Oettingen.

Teknik ini melibatkan dua langkah: pertama, membayangkan hasil ideal yang diinginkan; kedua, secara sadar mengidentifikasi potensi hambatan yang mungkin muncul.

Dengan demikian, seseorang tidak hanya bermimpi, tetapi juga mempersiapkan diri secara mental dan strategis untuk menghadapi tantangan yang mungkin terjadi. Ini selaras dengan prinsip Stoikisme yang menekankan kewaspadaan tanpa kehilangan semangat.

Fokus pada Hal yang Dapat Dikendalikan

Prinsip dasar Stoikisme adalah membedakan antara hal yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan.

Terlalu fokus pada hal-hal di luar kendali, seperti opini orang lain atau hasil yang tidak pasti, hanya akan menimbulkan stres dan kecemasan.

Energi sebaiknya difokuskan pada hal-hal yang bisa dikendalikan, seperti cara kita memaknai peristiwa, sikap kita, dan keputusan yang selaras dengan nilai-nilai pribadi.

Hal ini akan menumbuhkan ketangguhan mental karena kita tidak lagi bergantung pada validasi eksternal untuk merasa puas atau tenang.

Menerima Kenyataan Tanpa Menghakimi Diri

Filosofi Teras bukan solusi instan untuk semua masalah, melainkan kerangka berpikir yang perlu dilatih secara konsisten.

Podcast ini menekankan pentingnya menerima kenyataan tanpa berlebihan menghakimi diri. Disiplin emosi juga penting untuk menghindari reaksi impulsif.

Kita perlu melatih diri agar tidak reaktif terhadap penilaian orang lain dan menyadari kebahagiaan sejati berasal dari kedamaian batin, bukan validasi eksternal.

Stoikisme mendorong kita untuk melihat konflik sebagai peluang pembelajaran. Konflik bukanlah ancaman harga diri, melainkan kesempatan untuk mengasah kesabaran, menetapkan batasan, dan mempraktikkan toleransi.

Stoikisme di Era Digital: Meredam Perbandingan Destruktif

Tekanan untuk tampil “sempurna” di media sosial sangat kuat. Algoritma media sosial seringkali memicu perbandingan diri yang destruktif.

Stoikisme menawarkan solusi untuk menghadapi tekanan ini dengan menekankan “internal locus of control”. Fokus pada pertumbuhan diri sendiri jauh lebih bermakna daripada validasi eksternal.

Prinsip ini membantu mengelola stres kerja, relasi interpersonal, dan ekspektasi keluarga, membantu kita menerima keadaan tanpa kehilangan arah atau harga diri.

Stoikisme bukan sekadar tren, melainkan praktik yang menuntut konsistensi. Melatih pengendalian emosi, mengidentifikasi hal yang dapat dikendalikan, dan menyadari bias pemikiran merupakan kunci penting. Menumbuhkan rasa syukur juga menjadi bagian penting dari praktik ini. Konsistensi dalam penerapan Stoikisme akan membawa kita menuju ketenangan dan kedamaian batin dalam menghadapi dinamika kehidupan.

Pos terkait