Bagi para penggemar anime, lagu penutup atau *ending* seringkali menyimpan kekuatan emosional yang mendalam. Lebih dari sekadar musik pengiring, *ending* anime mampu membangkitkan nostalgia akan cerita, karakter, dan konflik yang telah menghibur. Melodi dan liriknya yang menyentuh seringkali mampu meneteskan air mata.
Banyak *ending* anime yang dirancang khusus untuk membangkitkan emosi sedih dan haru. Artikel ini akan membahas lima lagu *ending* anime yang dikenal karena nuansa melankolisnya dan mampu membuat pendengarnya larut dalam kesedihan.
1. Michishirube – Minori Chihara (Violet Evergarden)
Lagu “Michishirube” karya Minori Chihara, yang berarti “petunjuk” dalam bahasa Jepang, menjadi *ending* yang sangat berkesan dalam anime *Violet Evergarden*. Minori Chihara sendiri dikenal sebagai penyanyi, penulis lagu, dan pengisi suara di berbagai serial anime.
Lagu ini dirilis pada 17 Februari 2010 dan kemudian populer berkat perannya dalam *Violet Evergarden*. Liriknya yang menyentuh hati dan aransemen musiknya yang indah mampu menyampaikan pesan mendalam tentang pencarian jati diri Violet, seorang mantan tentara yang beralih profesi menjadi penulis surat.
Keindahan “Michishirube” terletak pada kemampuannya untuk mengeksplorasi emosi kompleks Violet. Lagu ini berhasil menciptakan momen emosional yang kuat, menjadikannya salah satu elemen paling tak terlupakan dari anime tersebut.
2. Orange – 7! (Seven Oops) (Your Lie in April)
Band Jepang 7! (Seven Oops) menyumbangkan lagu “Orange” sebagai *ending* anime *Your Lie in April*. Lagu ini meraih popularitas berkat melodi yang lembut dan lirik yang mampu menggugah emosi pendengar.
Lirik “Orange” mengeksplorasi tema nostalgia, harapan, dan cinta, mencerminkan perjalanan emosional Kousei Arima dan Kaori Miyazono. Salah satu bait liriknya bermakna: “Sekalipun aku melupakan semua kenangan, kamu akan tetap ada di hatiku. Aku akan terus mengingatmu dan berusaha untuk mencintaimu dalam hidup ini dan di masa depan.”
Kemampuan lagu ini untuk menangkap esensi hubungan Kousei dan Kaori membuat “Orange” menjadi *ending* yang sangat berkesan dan membekas di hati para penonton.
3. Secret Base ~Kimi ga Kureta Mono~ – Secret Base (Anohana)
Lagu “Secret Base ~Kimi ga Kureta Mono~” yang dinyanyikan oleh para pengisi suara utama *Anohana* menjadi elemen penting dalam anime tersebut. Lagu ini menjadi pengiring adegan emosional, khususnya adegan “kematian Menma”.
Dinyanyikan oleh pengisi suara Anaru, Menma, dan Naruko, lagu ini memperkuat pesan persahabatan, kehilangan, dan pertumbuhan dalam cerita. “Secret Base” bukan hanya sekadar *ending song*, tetapi bagian integral dari narasi *Anohana* yang mampu membangkitkan emosi mendalam.
Penggunaan lagu ini secara efektif dalam adegan kunci memperkuat tema utama dan meninggalkan kesan mendalam bagi penonton. Kejujuran emosi dalam lagu ini mampu membuat para penonton tersentuh.
4. Fukai Mori – Do As Infinity (Inuyasha)
“Fukai Mori” atau “Hutan yang Dalam” oleh Do As Infinity adalah salah satu *ending* anime paling ikonik sepanjang masa, khususnya bagi penggemar *Inuyasha*. Lagu ini dirilis pada tahun 2001 saat Do As Infinity sedang berada di puncak popularitas.
Diciptakan oleh Dai Nagao dan dinyanyikan oleh Tomiko Van, “Fukai Mori” menampilkan vokal lembut dan emosional yang mampu menyentuh hati. Lagu ini sering dikaitkan dengan momen-momen emosional dalam anime seperti perpisahan, perjalanan waktu, dan cinta yang terhalang takdir.
Kesuksesan “Fukai Mori” terletak pada kemampuannya untuk memperkuat emosi yang sudah ada dalam cerita *Inuyasha*. Lagu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kenangan penonton terhadap anime tersebut.
5. Patema Inverse – Estelle Micheau (Patema Inverted)
Lagu “Patema Inverse” yang dinyanyikan Estelle Micheau memiliki keunikan tersendiri karena menggunakan bahasa Esperanto. Musiknya yang indah, dikombinasikan dengan vokal Estelle yang lembut dan atmosferik, menciptakan suasana yang sangat emosional.
Komposer legendaris Michiru Ōshima turut berkontribusi dalam menciptakan atmosfer lagu ini. Banyak penggemar menganggap “Patema Inverse” bukan hanya indah secara musik, tetapi juga mampu mengingatkan kembali adegan terakhir Patema dan Age yang melayang bersama di langit terbalik.
Keunikan penggunaan bahasa Esperanto, dipadukan dengan musik yang memukau dan lirik yang mendalam, membuat “Patema Inverse” menjadi *ending* yang sangat memorable dan mampu memberikan efek merinding bagi pendengarnya.
Kelima lagu *ending* anime di atas, dengan nuansa sedihnya, mampu membawa pendengar larut dalam emosi dan air mata. Lagu-lagu ini bukan hanya menjadi penutup episode, tetapi juga elemen penting yang memperkuat momen-momen paling mengharukan dalam setiap cerita. Kemampuannya untuk membangkitkan emosi dan nostalgia membuat lagu-lagu ini terus dikenang dan dihargai oleh para penggemar anime.