Perang Dagang AS-China: Harga Minyak Dunia Anjlok Drastis

Perang Dagang AS-China: Harga Minyak Dunia Anjlok Drastis
Sumber: Liputan6.com

Harga minyak dunia mengalami penurunan pada Rabu waktu setempat. Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, yang disoroti oleh pernyataan terbaru The Federal Reserve (The Fed). Investor juga menantikan hasil pertemuan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang akan berlangsung akhir pekan ini. Ketidakpastian ini turut mempengaruhi sentimen pasar minyak global.

Harga minyak mentah Brent turun 1,66% menjadi US$ 61,12 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 1,73% menjadi US$ 58,07 per barel. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global yang semakin tidak menentu.

Keputusan The Fed dan Dampaknya Terhadap Harga Minyak

The Fed mempertahankan suku bunga acuannya. Namun, mereka mengakui adanya peningkatan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi. Pernyataan The Fed juga mencatat peningkatan risiko inflasi dan pengangguran. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor tentang pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak di masa mendatang.

Keputusan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi minyak juga menambah tekanan terhadap harga. Kenaikan produksi ini memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan global, terutama mengingat permintaan yang tertekan akibat tarif perdagangan AS yang membebani perekonomian global. Situasi ini semakin memperburuk sentimen negatif di pasar minyak.

Pertemuan Dagang AS-China: Harapan Rendah, Volatilitas Tinggi

Pertemuan antara AS dan China di Swiss menjadi sorotan utama bagi investor. Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk meredakan perang dagang yang telah mengganggu perekonomian global. Namun, analis menilai peluang tercapainya terobosan signifikan masih rendah.

Thiago Duarte, analis pasar dari Axi, menyatakan bahwa meskipun pertemuan ini bisa menjadi sinyal perbaikan hubungan, ekspektasi untuk hasil konkret tetap tipis. Ia menambahkan bahwa tanpa adanya konsesi besar dari China, deeskalasi lebih lanjut sulit terjadi. Investor juga masih menunggu arahan kebijakan moneter The Fed selanjutnya. Ekspektasi pasar adalah suku bunga akan tetap berada di kisaran 4,25%–4,50% hingga pertemuan berikutnya pada 29-30 Juli.

Stok Minyak AS Menurun, Namun Permintaan Bensin Dipertanyakan

Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 2 juta barel pada pekan lalu, mencapai 438,4 juta barel. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan analis. Namun, peningkatan stok bensin menimbulkan kekhawatiran akan melemahnya permintaan, khususnya menjelang musim liburan berkendara di akhir bulan.

Bob Yawger dari Mizuho menyatakan bahwa laporan tersebut kurang menguntungkan untuk sektor bensin. Meskipun demikian, sinyal dari beberapa produsen AS untuk mengurangi belanja bisa menunjukkan bahwa produksi minyak domestik mungkin telah mencapai puncaknya. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan kelompok Houthi, juga menjadi faktor yang meningkatkan volatilitas pasar.

Situasi ini menunjukkan kompleksitas yang mempengaruhi harga minyak. Meskipun penurunan stok minyak mentah AS memberikan sedikit dukungan, ketidakpastian ekonomi global, peningkatan produksi OPEC+, dan potensi melemahnya permintaan bensin masih menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan harga minyak. Perkembangan selanjutnya dari pertemuan perdagangan AS-China dan kebijakan The Fed akan sangat menentukan arah harga minyak di masa mendatang. Volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi dalam beberapa pekan mendatang.

Pos terkait