PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex tengah menghadapi tantangan finansial yang semakin berat. Total liabilitas perusahaan terus membengkak, mencapai angka USD 1,61 miliar atau sekitar Rp 26,35 triliun pada 30 September 2024. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan posisi akhir Desember 2023 yang tercatat USD 1,60 miliar.
Kenaikan utang tersebut terutama berasal dari liabilitas jangka panjang, khususnya pinjaman bank. Munculnya utang pemegang saham baru juga menambah beban finansial Sritex.
Liabilitas Jangka Panjang Sritex yang Membengkak
Liabilitas jangka panjang Sritex, khususnya pinjaman bank, mencapai USD 829,67 juta per 30 September 2024. Ini merupakan kontributor utama peningkatan total liabilitas.
Selain itu, munculnya utang pemegang saham baru sebesar USD 9,36 juta turut memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Kondisi ini menunjukkan kesulitan Sritex dalam mengelola arus kas.
Liabilitas Jangka Pendek dan Rasio Utang terhadap Aset
Liabilitas jangka pendek Sritex juga mengalami peningkatan signifikan, terutama pada utang usaha pihak ketiga. Kondisi ini menambah tekanan pada likuiditas perusahaan.
Dengan total liabilitas yang melampaui nilai aset, rasio utang terhadap aset Sritex berada di atas 270 persen. Ini menunjukkan kondisi permodalan yang sangat kritis.
Kondisi ini berdampak pada memburuknya defisiensi modal Sritex menjadi USD 1,02 miliar, meningkat dari USD 954,83 juta di akhir tahun lalu. Kondisi ini memerlukan strategi perbaikan yang segera.
Daftar Lengkap Bank Pemberi Utang Jangka Panjang Sritex
Berikut adalah daftar lengkap bank yang memberikan pinjaman jangka panjang kepada Sritex per 30 September 2024, berdasarkan keterbukaan informasi bursa:
Berikut daftarnya:
- PT Bank Central Asia Tbk – USD 72.916.624
- State Bank of India, Singapore Branch – USD 43.859.679
- PT Bank QNB Indonesia Tbk – USD 38.029.462
- Citibank N.A., Indonesia – USD 37.321.548
- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – USD 35.935.862
- PT Bank Mizuho Indonesia – USD 35.235.417
- PT Bank Muamalat Indonesia – USD 27.410.250
- PT Bank CIMB Niaga Tbk – USD 26.693.888
- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – USD 26.184.083
- PT Bank Maybank Indonesia Tbk – USD 25.275.801
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk – USD 23.807.159
- Bank of China (Hong Kong) Limited – USD 23.617.176
- PT Bank KEB Hana Indonesia – USD 22.147.252
- Standard Chartered Bank – USD 20.304.734
- Taipei Fubon Commercial Bank Co., Ltd. – USD 20.000.000
- Woori Bank Singapore Branch – USD 19.923.100
- PT Bank DBS Indonesia – USD 18.891.820
- PT Bank Permata Tbk – USD 18.123.985
- PT Bank China Construction Indonesia Tbk – USD 14.942.325
- PT Bank DKI – USD 9.848.000
- Bank Emirates NBD – USD 9.014.852
- PT Bank CTBC Indonesia – USD 7.278.378
- Deutsche Bank AG – USD 7.143.232
- ICICI Bank Ltd., Singapore Branch – USD 6.977.676
- PT Bank SBI Indonesia – USD 4.970.937
- PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk – USD 4.969.873
- PT Bank Danamon Indonesia Tbk – USD 4.902.608
Total utang bank jangka panjang mencapai USD 836,78 juta. Setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun (USD 7,1 juta), sisa utang menjadi USD 829,67 juta.
Kondisi keuangan Sritex yang memprihatinkan ini membutuhkan perhatian serius dari manajemen perusahaan. Langkah-langkah strategis dan transparan perlu diambil untuk mengatasi masalah liabilitas yang membengkak dan memperbaiki posisi keuangan perusahaan. Keberlanjutan usaha Sritex sangat bergantung pada kemampuannya dalam mengatasi tantangan ini.