Serangan Amerika ke Iran: Bahaya Mengancam Penerbangan Global?

Serangan Amerika ke Iran: Bahaya Mengancam Penerbangan Global?
Sumber: Liputan6.com

Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran meningkat tajam, menimbulkan dampak signifikan pada industri penerbangan global. Serangan balasan rudal antara Israel dan Iran telah menciptakan lingkungan yang tidak aman di wilayah udara Timur Tengah, memaksa banyak maskapai penerbangan untuk menyesuaikan rute dan membatalkan penerbangan.

Maskapai besar dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura, mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi keselamatan penumpang dan awak pesawat. Pembatalan penerbangan dan pengalihan rute menjadi langkah umum yang dilakukan untuk menghindari wilayah konflik.

Penyesuaian Jalur Penerbangan dan Pembatalan

British Airways dan Singapore Airlines secara resmi membatalkan beberapa penerbangan ke dan dari Dubai dan Doha pada 22 Juni 2025, mengutip masalah keamanan yang signifikan.

Singapore Airlines menyatakan situasi yang fluktuatif dan memperingatkan kemungkinan pembatalan lebih lanjut. British Airways menawarkan penjadwalan ulang penerbangan tanpa biaya tambahan kepada penumpang yang terdampak.

Maskapai penerbangan Amerika Serikat juga tidak luput dari dampaknya. Sebelum eskalasi terbaru, United Airlines telah menangguhkan penerbangan ke Dubai, dan American Airlines menghentikan layanan ke Qatar.

Banyak maskapai memilih untuk mengambil rute yang lebih panjang dan aman, menghindari wilayah udara Iran, Irak, Suriah, dan Israel. Rute-rute alternatif, seperti melalui Laut Kaspia atau melalui Mesir dan Arab Saudi, dipilih meskipun hal ini menyebabkan biaya bahan bakar dan waktu tempuh yang lebih tinggi.

Risiko Penerbangan Komersial Meningkat

Serangan rudal dan drone di berbagai zona konflik global menimbulkan ancaman nyata terhadap penerbangan komersial.

Dengan penutupan wilayah udara di atas Ukraina dan Rusia yang masih berlangsung, Timur Tengah menjadi semakin penting sebagai koridor penerbangan alternatif antara Eropa dan Asia. Situasi ini semakin memperumit operasi penerbangan.

Konflik tersebut juga memicu kekhawatiran akan lonjakan harga minyak, yang berdampak pada biaya operasional maskapai, terutama biaya bahan bakar pesawat.

Maskapai Israel, seperti El Al, Arkia, Israir, dan Air Haifa, mengumumkan penangguhan sementara penerbangan reguler. El Al menangguhkan penerbangan hingga 27 Juni 2025, sementara Israir menghentikan penjualan tiket hingga 7 Juli 2025.

Israel Membuka Kembali Wilayah Udaranya Secara Terbatas

Bandara Ben Gurion di dekat Tel Aviv membuka kembali wilayah udaranya secara terbatas pada Minggu, 22 Juni 2025, untuk penerbangan evakuasi selama beberapa jam tertentu.

Bandara Haifa juga mengikuti langkah yang sama. Sekitar 10 penerbangan penyelamatan direncanakan selama periode tersebut untuk memulangkan warga Israel dan wisatawan asing yang terjebak.

Ribuan turis asing masih berada di Israel dan mencari cara untuk meninggalkan negara tersebut. Beberapa memilih rute darat melalui Yordania dan Mesir, sementara yang lain menggunakan jalur laut menuju Siprus.

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya evakuasi terhadap warganya. Sebanyak 97 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi dari wilayah konflik, termasuk 93 WNI, tiga staf kedutaan, dan seorang warga negara asing yang merupakan pasangan WNI.

Situasi di Timur Tengah tetap dinamis dan kompleks. Industri penerbangan terus memantau perkembangan situasi dan menyesuaikan operasinya untuk memastikan keselamatan penumpang dan awak pesawat. Dampak ekonomi jangka panjang dari konflik ini terhadap industri penerbangan masih harus dilihat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *