PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menghadapi tekanan finansial yang signifikan. Laporan keuangan per 30 September 2024 menunjukkan total liabilitas mencapai USD 1,61 miliar (sekitar Rp 26,35 triliun dengan kurs Rp 16.318,35 per USD), meningkat sedikit dari USD 1,60 miliar pada akhir Desember 2023. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh perubahan pada struktur utang perusahaan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tentang keberlangsungan bisnis Sritex.
Kondisi keuangan Sritex yang memburuk tercermin dalam berbagai aspek laporan keuangannya. Rasio liabilitas terhadap aset yang melampaui 270% mengindikasikan struktur permodalan yang sangat tidak sehat dan membutuhkan perhatian serius dari manajemen perusahaan. Ke depan, langkah strategis perlu diambil untuk mengatasi permasalahan ini.
Liabilitas yang Membengkak dan Struktur Permodalan yang Tidak Sehat
Liabilitas jangka panjang Sritex mengalami penurunan tipis menjadi USD 829,67 juta dari USD 858,05 juta. Namun, terdapat peningkatan pada liabilitas jangka pendek, yang naik dari USD 113,02 juta menjadi USD 133,84 juta. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan utang usaha pihak ketiga.
Utang pemegang saham juga muncul sebesar USD 9,36 juta, yang sebelumnya tidak tercatat. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam komposisi pendanaan Sritex. Situasi ini perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami implikasinya terhadap kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Aset yang Menyusut dan Ekuitas yang Negatif
Total aset Sritex menyusut menjadi USD 594,01 juta pada akhir kuartal ketiga 2024, turun dari USD 648,99 juta pada akhir 2023. Penurunan ini terjadi baik pada aset lancar maupun aset tidak lancar. Hal ini mengindikasikan penurunan aktivitas operasional dan mungkin kurangnya investasi baru.
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami defisit yang semakin dalam, mencapai negatif USD 1,02 miliar pada 30 September 2024, memburuk dari negatif USD 954,83 juta pada akhir 2023. Defisit ekuitas yang signifikan ini menunjukkan bahwa Sritex tidak memiliki kekayaan bersih positif.
Penurunan Penjualan dan Keberlanjutan Operasional
Penjualan neto Sritex selama sembilan bulan pertama 2024 mencapai USD 200,93 juta, mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (USD 248,51 juta). Meskipun beban pokok penjualan mengalami penurunan, Sritex tetap mencatat rugi bruto sebesar USD 22,59 juta.
Rugi dari operasi tercatat sebesar USD 58,61 juta, membaik dari rugi USD 105,14 juta pada periode yang sama tahun 2023. Namun, perbaikan ini masih belum cukup untuk membawa perusahaan ke zona laba. Keberlanjutan operasional Sritex menjadi pertanyaan besar yang perlu segera diatasi.
Analisis Lebih Dalam Terhadap Kinerja Keuangan Sritex
Penurunan penjualan yang signifikan memerlukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi penyebab utamanya. Faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global dan persaingan industri perlu dipertimbangkan. Selain itu, strategi internal perusahaan juga perlu dievaluasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Perlu diteliti lebih lanjut bagaimana Sritex dapat meningkatkan pendapatan dan mengendalikan biaya operasional untuk mencapai profitabilitas. Diversifikasi produk atau pasar, optimasi proses produksi, dan peningkatan efisiensi pemasaran dapat menjadi beberapa langkah strategis yang dapat dipertimbangkan.
Rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar USD 66,05 juta, membaik dari rugi bersih USD 115,20 juta pada periode yang sama tahun 2023. Meskipun terjadi perbaikan, tekanan finansial terhadap Sritex masih sangat tinggi dan perlu segera dicarikan solusi yang komprehensif. Perlu adanya transparansi dan pengawasan yang ketat terhadap kinerja keuangan perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar di masa mendatang. Langkah-langkah restrukturisasi dan strategi pemulihan yang efektif harus segera direncanakan dan diimplementasikan untuk menyelamatkan perusahaan dari krisis yang sedang dihadapi.